1.Pengertian Tauhid
Pengertian Tauhid dalam
bahasa arab merupakan mashdar (kata suatu benda dari sebuah kata kerja) berasal
dari kata wahhada. Apabila yang dimaksud wahhada syai’a berarti menjadikan
sesuatu itu menjadi satu. Sedangkan menurut ilmu syariat mempunyai arti mengesakan
terhadap Allah dalam sesuatu hal yang merupakan kekhususan bagi-Nya, yaitu yang
berupa Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma’ Wa Shifat ( Al-Qaulul Mufiiid Syarh
Kitabi At-Tauhid).
Kata tauhid itu sendiri merupakan sebuah kata
yang terdapat di dalam beberapa hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sebagaimana di dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu, “Kamu akan
datangi suatu kaum ahli kitab, maka jadikanlah materi dalam dakwah yang akan
kamu sampaikan pertama kali yaitu agar mereka mentauhidkan terhadap Allah”.
Begitu pula dalam perkataan para sahabat Nabi,
“Rasulullah membaca tahlil dengan tauhid”. Dalam pengucapan beliau labbaika
Allahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbaika, ucapan talbiyah yang
dilantunkan saat memulai ibadah haji. Dengan demikian kata-kata tauhid adalah
kata syar’i dan juga terdapat di dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah li Syaikh Shalih Alu Syaikh).
2.KEUTAMAAN TAUHID
Orang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa
Ta’alal memiliki banyak keutamaan, antara lain:
1. Orang yang bertauhid kepada Allah akan
dihapus dosa-dosanya.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘aliahi wa sallam dalam sebuah hadits qudsi, dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi berfirman:
Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘aliahi wa sallam dalam sebuah hadits qudsi, dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi berfirman:
…يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي
بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً
لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.
‘…Wahai bani Adam, seandainya engkau datang
kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika mati tidak
menyekutukan Aku sedikit pun juga, pasti Aku akan berikan kepadamu ampunan
sepenuh bumi pula (HR. At-Tirmidzi (no. 3540), ia berkata, “Hadits hasan gharib.”)
2. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa
Jalla akan mendapatkan petunjuk yang sempurna, dan kelak di akhirat akan
mendapatkan rasa aman. Allah Azza wa Jalla berfirman:
ذِينَ آمَنُوا
وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم
مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan
iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat
rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. ” [Al-An’aam: 82]
Di antara permohonan kita yang paling banyak
adalah memohon agar ditunjuki jalan yang lurus:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ
الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu
jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka.”
[Al-Faatihah: 6-7]
Yaitu jalannya para Nabi, shiddiqin, syuhada,
dan orang-orang yang shalih.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
وَمَن يُطِعِ
اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم
مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ
أُولَٰئِكَ رَفِيقًا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul-(Nya), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, (yaitu) para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang
yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baik-nya.”
[An-Nisaa’: 69]
Kita juga memohon kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala agar terhindar dari jalan orang-orang yang dimurkai Allah dan jalan
orang-orang yang sesat, yaitu jalannya kaum Yahudi dan Nasrani.
3. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla
akan dihilangkan kesulitan dan kesedihannya di dunia dan akhirat.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَن يَتَّقِ
اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًاوَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“…Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberi-nya rizki dari
arah yang tidak disangka-sangka…” [Ath-Thalaq: 2-3]
Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Allah
kalau dia tidak bertauhid. Orang yang bertauhid dan bertakwa akan diberikan
jalan keluar dari berbagai masalah hidupnya. (Lihat al-Qaulus Sadiid fi Maqaashid Tauhid oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di.)
4. Orang yang mentauhidkan Allah, maka Allah
akan menjadikan dalam hatinya rasa cinta kepada iman dan Allah akan menghiasi
hatinya dengannya serta Dia menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada
kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَاعْلَمُوا
أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ ۚ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِّنَ الْأَمْرِ
لَعَنِتُّمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي
قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ
أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“…Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada
keimanan dan menjadikan (iman itu) indah dalam hatimu serta menjadikan kamu
benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang
yang mengikuti jalan yang lurus.” [Al-Hujurat: 7]
5. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk
mendapatkan ridha Allah, dan orang yang paling bahagia dengan syafa’at Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang mengatakan لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ dengan penuh
keikhlasan dari dalam hatinya.
6. Orang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dijamin masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ مَاتَ
وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.
“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa
tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, maka ia
masuk Surga.” (HR. Muslim (no. 26) dari Shahabat ‘Utsman Radhiyallahu anhu)
مَنْ مَاتَ
لاَيُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia masuk Surga.”(HR. Muslim (no. 93) dari Shahabat Jabir Radhiyallahu anhu)
7. Orang yang bertauhid akan diberikan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala kemenangan, pertolongan, kejayaan dan kemuliaan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu.” [Muhammad: 7]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي
الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ
دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ
أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ
ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang
yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman
sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan Aku
dengan sesuatu apapun. Tetapi barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” [An-Nuur: 55]
8. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa
Jalla akan diberi kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
مَنْ عَمِلَ
صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً
طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” [An-Nahl: 97]
9.Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di
Neraka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَدْخُلُ أَهْلُ
الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، ثُمَّ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى:
أَخْرِجُوْا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ
إِيْمَانٍ، فَيُخْرَجُوْنَ مِنْهَا قَد ِاسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهْرِ
الْحَيَاءِ -أَوِ الْحَيَاةِ، شَكَّ مَالِكٌ- فَيَنْبُتُوْنَ كَمَا تَنْبُتُ
الْحَبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ
مُلْتَوِيَةً؟
“Setelah penghuni Surga masuk ke Surga, dan
penghuni Neraka masuk ke Neraka, maka setelah itu Allah Azza wa Jalla pun
berfirman, ‘Keluarkan (dari Neraka) orang-orang yang di dalam hatinya terdapat seberat
biji sawi iman!’ Maka mereka pun dikeluarkan dari Neraka, hanya saja tubuh
mereka sudah hitam legam (bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke sungai
kehidupan, maka tubuh mereka tumbuh (berubah) sebagaimana tumbuhnya benih yang
berada di pinggiran sungai. Tidakkah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh
berwarna kuning dan berlipat-lipat?” (HR. Al-Bukhari (no. 22) dari Abu Sa’id al-Khudriy Radhiyallahu anhu)
10. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa
Jalla dengan ikhlas, maka amal yang sedikit itu akan menjadi banyak.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
الَّذِي خَلَقَ
الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.” [Al-Mulk: 2]
Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah Azza wa
Jalla menyebutkan dengan “amal yang baik”, tidak dengan “amal yang banyak”.
Amal dikatakan baik atau shalih bila memenuhi 2 syarat, yaitu: (1) Ikhlas, dan
(2) Ittiba’ (mengikuti contoh) Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa kalimat لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ pada
hari Kiamat lebih berat dibandingkan langit dan bumi dengan sebab ikhlas.
11. Mendapat rasa aman. Orang yang tidak
bertauhid, selalu was-was, dalam ketakutan, tidak tenang. Mereka takut kepada
hari sial, atau punya anak lebih dari dua, takut tentang masa depan, takut
hartanya lenyap dan seterusnya.
12. Tauhid merupakan penentu diterima atau
ditolaknya amal kita. Sempurna dan tidaknya amal seseorang bergantung pada
tauhidnya. Orang yang beramal tapi tidak sempurna tauhidnya, misalnya riya,
tidak ikhlas, niscaya amalnya akan menjadi bumerang baginya, bukan mendatangkan
kebahagiaan baik itu berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan lainnya.
Syirik (besar) akan menghapus seluruh amal.
13. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa
Jalla akan diringankan dari perbuatan yang tidak ia sukai dan dari penyakit
yang dideritanya. Oleh karena itu, jika seorang hamba menyempurnakan tauhid dan
keimanannya, niscaya kesusahan dan kesulitan dihadapinya dengan lapang dada,
sabar, jiwa tenang, pasrah dan ridha kepada takdir-Nya.
Para ulama banyak menjelaskan bahwasanya orang
sakit dan mendapati musibah itu harus meyakini bahwa:
a. Penyakit yang diderita itu adalah suatu
ketetapan dari Allah Azza wa Jalla. Dan penyakit adalah sebagai cobaan dari
Allah.
b. Hal itu disebabkan oleh perbuatan dosa dan
maksiyat yang ia kerjakan.
c. Hendaklah ia meminta ampun dan kesembuhan
kepada Allah Azza wa Jalla, serta meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla sajalah
yang dapat menyembuhkannya.
14. Tauhid akan memerdekakan seorang hamba dari
penghambaan kepada
makhluk-Nya, agar menghamba hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja yang menciptakan semua makhluk.
makhluk-Nya, agar menghamba hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja yang menciptakan semua makhluk.
Artinya yaitu orang-orang yang bertauhid dalam
ke-hidupannya hanya menghamba, memohon pertolongan, meminta ampunan dan
berbagai macam ibadah lainnya, hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.
15. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa
Jalla akan dimudahkan untuk melaksanakan amal-amal kebajikan dan meninggalkan
kemungkaran, serta dapat menghibur seseorang dari musibah yang dialaminya.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah menganjurkan kepada umatnya agar berdo’a kepada Allah Azza wa Jalla
untuk memohon segala kebaikan dan dijauhkan dari berbagai macam kejelekan serta
dijadikan setiap ketentuan (qadha) itu baik untuk kita. Do’a yang dibaca
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut adalah:
اَللَّهُمَّ
…وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا.
“Ya Allah…, dan aku minta kepada-Mu agar Engkau
menjadikan setiap ketetapan (qadha) yang telah Engkau tetapkan bagiku merupakan
suatu kebaikan.”(HR. Ibnu Majah (no. 3846), Ahmad (VI/134), al-Hakim dan ia
menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi (I/522). Untuk lebih
lengkapnya, silakan baca buku Do’a & Wirid (hal. 269-270, cet. VI)
oleh penulis)
Salah satu rukun iman adalah iman kepada qadha’
dan qadar, yang baik dan yang buruk. Dengan mengimani hal ini niscaya setiap
apa yang terjadi pada diri kita akan ringan dan mendapat ganjaran dari Allah
apabila kita sabar dan ridha.
16. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas
dan benar akan dilapangkan dadanya.
17. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas,
jujur dan tawakkal kepada Allah dengan sempurna, maka akan masuk Surga tanpa
hisab dan adzab.